Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Semua Soal SMA Seni Budaya Acak ★ Ujian Semester 2 UAS / UKK Seni Budaya SMA Kelas 10Tari bedhaya bentuk penyajiannya secara…. a. tunggal b. berpasangan c. berkelompok d. duet e. sendratari Pilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Ujian Akhir Semester 2 Genap UAS UKK Seni Budaya SMA Kelas 11Teknik yang dapat digunakan dalam penciptaan karya seni kriya sehingga dapat menghasilkan karya dengan cepat dan berjumlah banyak adalah…. a. handmade b. handmade dengan bantuan perlatan c. mekanisasi d. tradisional e. alamiah Materi Latihan Soal LainnyaPAS Penjaskes PJOK SD Kelas 6Tema 7 Subtema 3 SD Kelas 3Ulangan IPS SD Kelas 6Ancaman Terhadap Kedudukan NKRI - PPKn SMA Kelas 11PAI SD Kelas 4IPA Tema 8 SD Kelas 4 KD SD Kelas 1PPKn Tema 7 SD Kelas 4Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat - Sosiologi SMA Kelas 10Makanan dan Minuman - Bahasa Arab MI Kelas 2Cara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang Jika halaman ini selalu menampilkan soal yang sama secara beruntun, maka pastikan kamu mengoreksi soal terlebih dahulu dengan menekan tombol "Koreksi" diatas. Tentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia.
Tag tari bedhaya bentuk penyajiannya secara. Tari Tradisional Aceh. Oleh Ibu Guru Diposting pada 09/01/2022. Assalammualaikum, Selamat datang di Kelas IPS. Disini Ibu Guru akan membahas tentang pelajaran Sejarah yaitu Tentang "Tari Tradisional Aceh". - Tari Bedhaya Ketawang merupakan sebuah seni pertunjukan warisan budaya Keraton Kasunanan Surakarta. Terdapat dua versi terkait asal-usul Tari Bedhaya Ketawang. Namun, asal-usul Tari Bedhaya yang diketahui secara umum adalah kisah cinta Kanjeng Ratu Kidul dengan Panembahan Senopati. Tarian ini menjadi warisan Keraton Kasunanan Surakarta karena ketika disepakatinya Perjanjian Giyanti, Bedhaya Ketawang tidak diambil pihak Kasultanan juga Pengertian Tari Rakyat Sejarah Tari Bedhaya Ketawang Sejarah tari Bedhaya Ketawang berawal dari Sultan Agung 1613-1645 yang memerintah Kesultanan Mataram. Suatu ketika, Sultan Agung sedang melakukan laku semedi. Tiba-tiba, ia mendengar suara senandung dari langit. Sultan Agung terkesima dengan senandung tersebut. Ia kemudian memanggil pengawalnya dan menjelaskan apa yang terjadi. Dari kejadian itulah, Sultan Agung kemudian menciptakan tarian yang diebri nama Bedhaya Ketawang. Selain itu, ada versi lain yang menjelaskan bahwa tari Bedhaya Ketawang berawal dari kisah Panembahan Senapati bertemu dan menikah dengan Kanjeng Ratu Kidul. Setelah disepakati Perjanjian Giyanti pada 1755, dilakukanlah pembagian warisan Kesultanan Mataram. Warisan tersebut tak hanya berupa harta benda dan wilayah, melainkan juga budaya. Tari Bedhaya Ketawang pada akhirnya diberikan kepada Kasunanan Surakarta. Tari Bedhaya Ketawang digelar ketika upacara penobatan dan peringatan kenaikan takhta Raja Kasunanan Surakarta. Makna tari Bedhaya Ketawang Tari Bedhaya Ketawang secara umum dipahami sebagai hubungan pernikahan antara Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul. Semua kisah itu diwujudkan dalam gerakan tarian. Adapun kata-kata yang yerkandung dalam tembang pengiringnya menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada Panembahan Senapati. Menurut kepercayaan masyarakat, setiap pertunjukan tari Bedhaya Ketawang akan menghadirkan Kanjeng Ratu Kidul yang ikut serta tari Bedhaya Ketawang akan dimainkan oleh sembilan perempuan. Sementara itu, menurut kepercayaan Jawa, Kanjeng Ratu Kidul akan hadir sebagai penari ke-10. Pelaksaan seni tari Bedhaya Ketawang Sebagai sebuah tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus dimiliki bagi setiap penari Bedhaya ketawang. Adapun syarat yang paling utama adalah sang penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Apabila sang penari sedang haid, maka harus minta izin kepada Kanjeng Ratu Kidul dengan melakukan Caos Dhahar di Panggung Sanga Buwana, Keraton Kasunanan Surakarta. Hal itu dilakukan dengan berpuasa selama beberapa hari menjelang pertunjukan. Kesucian para penari juga sangat penting dalam mementaskan tari Bedhaya Ketawang. Ketika pertunjukan berlangsung, tari Bedhaya Ketawang akan diiringi oleh musik Gending Ketawang Gedhe dengan nada pelog. Sementara itu, instrumennya adalah kethuk, kenong, gong, kendhang, dan kemanak. Tari Bedhaya Ketawang dibagi menjadi tiga babak. Di tengah tarian, nada gendhing berganti menjadi slendro selama dua kali. Setelah itu, nada gendhing kembali lagi ke nada pelog hingga tarian berakhir. Selain itu, ketika pertunjukan, tarian ini akan diiringi tembang atau lagu yang menggambarkan curahan hati Kangjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Baca juga Sejarah Tari Barong Kisah Kebaikan Lawan Keburukan yang Tiada Akhirnya Sementara itu, dalam tata busana, para penari akan mengenakan pakaian pengantin perempuan Jawa, yakni dodot ageng atau basahan. Rambut penari Bedhaya Ketawang akan menggunakan gelung boor mengkurep, yaitu gelungan yang ukurannya lebih besar dari gaya gelungan Yogyakarta. Referensi Sawitri. 2021. Tari Bedhaya dan Bedhayan Kajian Ideologis dan Historis. Klaten Penerbit Lakeisha. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Citrasakral pada Bedhaya Ketawang telah lama melekat pada bentuk penyajiannya. Keutuhan tari menjadi hal yang penting untuk dipersembahkan kepada Raja atau Sinuhun dalam upacara kebesaran raja (hajad dalem). Penyajian Bedhaya Ketawang dapat diklasifikasikan menjadi tiga babak, yakni babak Pakenira, babak Semang-semang, dan babak Bebaguse. Pada periode 2017-2018 terjadi fenomena penyajian Tari Bedhaya Ketawang adalah bentuk tarian Jawa kuno yang telah lama memegang tempat penting dalam budaya dan sejarah Indonesia. Bentuk tarian tradisional ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan masih dipentaskan khususnya di kawasan Yogyakarta. Sebab, dari provinsi daerah istimewa itu-lah Tari Bedhaya Ketawang itu berasal. Gerakan para penari sering disamakan dengan keanggunan dan keindahan bunga teratai, dan musik serta kostumnya juga merupakan simbol budaya dan sejarah Jawa. Pada postingan blog kali ini, kita akan mengupas tentang sejarah, makna, dan pelaksanaan tari Bedhaya Ketawang yang diiringi oleh musik gamelan. Artikel terkait Beraneka Ragam, Ini 25 Tarian Tradisional dari Berbagai Provinsi di Indonesia Sejarah Tari Bedhaya Ketawang Menurut catatan sejarah, tarian ini muncul pada abad ke-15 atau ke-16 di Kerajaan Mataram, yang kala itu diperintah oleh Sultan Agung. Tarian dengan koreografi yang unik dan rumit ini muncul pada periode tahun 1613 – 1645, pada masa kekuasaan Sultan Agung. Konon, saat tengah melakukan ritual semedi, Sultan Agung mendengar senandung nyanyian dari langit. Terpukau dengan senandung tersebut, Sultan Agung menggubah sebuah tarian yang diberi nama Tari Bedhaya Ketawang. Legenda lain menyebutkan, tarian ini terinspirasi dari pertemuan Panembahan Senopati sang pendiri kerajaan Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul kala sedang bertapa. Saat ini, tarian ini menjadi tarian kebesaran yang dipentaskan pada penobatan seorang raja, maupun pada upacara peringatan naik tahta seorang raja di Kasunanan Surakarta. Nama lainnya adalah Tingalan Jumenengan atau peringatan kenaikan tahta Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Menurut informasi dari situs pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta, nama Bedhaya sendiri diadopsi dari sebutan bagi para penari istana, sedangkan Ketawang berarti langit, untuk menggambarkan sesuatu yang tinggi dan luhur. Tarian ini dianggap sebagai salah satu tarian tertua di Indonesia, dan tujuan utamanya adalah untuk mengekspresikan kekuatan, prestise, dan kekayaan istana. Ini adalah tarian yang sangat anggun dan lambat, dan dilakukan oleh dua atau lebih penari wanita yang masing-masing mengenakan sarung berwarna-warni dan dimahkotai dengan cara tradisional Jawa. Tarian ini diiringi oleh musik Bedhaya Ketawang yang terdiri dari dua bagian instrumentasi gamelan. Musik ini dianggap sebagai bentuk musik gamelan yang paling indah dan kuat, dan secara tradisional dipertunjukkan untuk acara-acara khusus di istana. Artikel terkait Mengenal 8 Jenis Tarian Jawa Tengah yang Paling Populer di Tanah Air Unsur tradisional tarian Unsur tradisional tari Bedhaya Ketawang unik karena berakar kuat pada budaya, spiritualitas, dan sejarah Jawa. Tarian terdiri dari beberapa komponen yang berbeda, termasuk postur, gerak tubuh, dan gerakan. Postur tersebut ditandai dengan tempo yang lambat, mantap, dan gerakan yang anggun, seperti menekuk lengan dan kaki dalam gerakan memutar. Gerakan dan gerakan biasanya dilakukan dengan presisi dan kefasihan, karena ini dimaksudkan untuk mengungkapkan cerita dari setiap bagian. Selain itu, tarian tradisional Bedhaya Ketawang juga menggunakan berbagai properti untuk lebih menyempurnakan dampak visualnya. Properti Tari Bedhaya Ketawang 1. Dodot Ageng Dodot ageng atau basahan adalah kostum tari bedhaya ketawang dengan warna dominan hijau. Penari juga menggunakan kain cindhe dan sampur cindhe berwarna merah dengan motif cakar. Sampur cindhe berfungsi sebagai ikat pinggang. 2. Gelungan Jenis gelungan yang digunakan adalah gelung bokor mengkurep yang bentuknya mirip dengan mangkuk terbalik. Gelungannya lebih besar dibandingkan gelungan model Yogyakarta. 3. Centhung Centhung adalah sepasang hiasan di kepala. Bentuk centhung mirip dengan gapura atau gerbang rumah masyarakat Jawa. 4. Garuda Mungkur Garuda mungkur dibuat dari bahan swasa dan bertabur intan. Posisinya adalah di bagian bawah sanggul bokor mengkureb. 5. Perhiasan Penari pada umumnya menggunakan gelang, cincin dan bros. Gelangnya berbentuk lingkaran dan terbuat dari logam. Biasanya gelang berwarna kuning keemasan. Sementara itu, cincinnya dikenakan di jari, baik jari pada tangan kanan maupun tangan kiri. Ada yang polos, dan ada yang berhiaskan intan maupun permata. Brosnya menjadi hiasan pada baju sehingga mempercantik penampilan si penari. 6. Sisir Jeram Saajar Sisir jeram saajar adalah aksesoris yang dipakai oleh penari 7. Cundhuk Mentul Cundhuk mentul adalah aksesoris berupa bunga goyang yang jumlahnya ada 9. Jumlah cundhuk mentul ini memiliki makna tersendiri, yaitu menggambarkan jumlah walisanga alias pemuka agama Islam pertama di nusantara. 8. Tiba Dhadha Tiba dhadha adalah bunga melati yang dirangkai pada gelungan. Rangkaian bunga tersebut memanjang sampai dada di sisi bagian kanan. Artikel terkait Kaya Budaya! 123 Jenis Tarian Tradisional dari Berbagai Daerah di Indonesia Arti tarian Tari Bedhaya Ketawang merupakan tarian istana klasik Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun selama berabad-abad. Seperti sempat disinggung di awal, tarian ini menggambarkan percintaan antara dua insan, yakni Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul, sang penguasa Pantai Selatan Jawa. Dipentaskan pada upacara-upacara adat sakral, yakni penobatan raja atau peringatan naik tahta, maka tarian ini menggambarkan kesakralan, sesuatu yang tinggi, luhur, dan mulia. Kesimpulannya, Bedhaya Ketawang adalah tarian indah dan kuno yang telah diwariskan secara turun-temurun dan masih dipentaskan hingga saat ini. Ini adalah pengingat akan sejarah Jawa Tengah yang panjang dan kaya serta bukti ketahanan masyarakatnya. Baca juga 5 Jenis Tarian Jawa Tengah yang Indah, Kenalkan pada Si Kecil, Bund! Sejarah hingga Makna Mendalam Tari Remo Khas Jawa Timur 4 Tari Suku Tengger yang Masih Eksis di Wilayah Bromo, Tengger, dan Semeru Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android. TariBedhaya Ketawang merupakan tari tradisional klasik yang tidak lepas hubungannya dengan kerajaan, istana atau keraton terdahulu.Tari Bedhaya Ketawang berkembang di daerah Surakarta dan Yogyakarta serta bentuk tariannya sudah ada sejak zaman Mataram Kuno. Tak heran bila terdapat hal-hal mistis saat pertunjukan dimulai seperti berkurang atau bertambahnya jumlah penari, adanya ritual khusus Tari Bedhaya Ketawang adalah salah satu tarian yang berasal dari Yogyakarta. Tarian ini adalah salah satu jenis tarian sakral yang dimainkan pada acara khusus. Para pemainnya tidak boleh dipilih secara sembarangan. Terdapat syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh pemain sebelum melakukan tarian ini. Penasaran dengan informasi yang lebih lengkap mengenai Tari Bedhaya Ketawang? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel berikut ini. Sejarah Tari Bedhaya KetawangFilosofiSifat dan Makna1. Adat dan Upacara2. Sakral3. Religius4. PercintaanPertunjukan Tari Bedhaya Ketawang1. Musik Pengiring2. PenariRagam GerakPropertiTata RiasPola LantaiBusanaKeunikan1. Dipentaskan Pada Saat Kenaikan Tahta Raja2. Ekspresi Rasa Cinta Nyai Roro Kidul3. Syarat Penari Sumber Kemunculan Tari bedhaya berawal pada masa Kerajaan Mataram pada tahun 1612-1645. Pada masa itu, Kerajaan Mataram dipimpin oleh Sultan Agung. Suatu hari, Sultan Agung tengah melakukan ritual semedi. Di sela-sela semedi tersebut, ia mendengar suara senandung yang membuatnya terkesan. Kemudian, Sultan Agung memanggil para pengawalnya dan menceritakan kejadian yang ia alami. Dari kejadian itulah Sultan Agung menciptakan sebuah tarian yang dinamakan Bedhaya Ketawang. Namun, ada cerita lain yang menyebutkan bahwa tarian ini lahir sejak masa pemerintahan Panembahan Senopati. Saat ia bertapa di laut selatan, ia bertemu dengan Ratu Pantai Selatan. Kemudian tarian Bedhaya Ketawang lahir setelah Panembahan Senopati memadu kasih dengan Ratu Kidul tersebut. Filosofi Sumber Sebagai salah satu jenis tarian keraton, Tari Bedhaya merupakan sebuah tarian yang sakral. Tari Bedhaya yang dilakukan oleh 9 orang wanita ini akan ditampilkan di depan seorang raja. Ketika raja diwisuda, berulang tahun, atau perayaan yang lainnya, tarian ini akan dimainkan. Namun, Tari Bedhaya juga bisa dimainkan di luar istana dengan ketentuan penarinya tidak berjumlah 9 orang. Dengan jumlah penarinya yang ada 9 orang tersebut, Tari Bedhaya dianggap sebagai tari adiluhung yang mengajarkan tentang kesempurnaan hidup manusia. Angka 9 sendiri menggambarkan kesempurnaan manusia sebelum mengalami kematian yang dilambangkan dengan angka 0. Angka 9 tersebut juga melambangkan jumlah warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Secara filosofis, 9 penari dalam Tarian ini melambangkan 9 arah mata yang dikuasai 9 dewa. Utara dikuasai oleh San Hyang Bathara Wisnu, timur laut dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Sumbu, timur dikuasai Sang Hyang Bathara Iswara, tenggara dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Mahasora, selatan dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Brahma, barat daya dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Rudra, barat dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Mahadewa, barat laut dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Sengkara, serta tengah dikuasai oleh Sang Hyang Bathara Siwa. Sifat dan Makna Sumber 1. Adat dan Upacara Tari Bedhaya tidak hanya sebatas menjadi warisan kebudayaan yang digunakan sebagai tontonan. Tarian ini menjadi salah satu tarian sakral yang dimainkan pada acara-acara khusus. Dalam sejarah Keraton Surakarta, kedudukannya merupakan sebuah tarian pusaka. Selama tarian ini dimainkan, tidak boleh ada hidangan yang keluar dan tamu undangan tidak diperkenankan untuk mengeluarkan sepatah kata pun. 2. Sakral Menurut kepercayaan Keraton Surakarta, beberapa orang yang peka terhadap hal ghaib dapat melihat kehadiran Nyi Roro Kidul. Nyi Roro Kidul dipercaya hadir dalam setiap latihan para penari. Bahkan, Nyi Roro Kidul juga membetulkan kesalahan yang dilakukan penari pada saat latihan. Namun, untuk orang biasa yang tidak memiliki kepekaan, tidak bisa melihat dan merasakan kehadiran Nyi Roro Kidul tersebut. 3. Religius Religius yang dimaksud di sini adalah mengingat kematian dan hubungan dengan Tuhan. Salah satu lirik dari gending pengiring Tari Bedhaya merupakan pengingat kematian bagi manusia. 4. Percintaan Setiap gerakan dalam Tari Bedhaya merupakan ungkapan cinta Nyi Roro Kidul terhadap Panembahan Senopati. Semua gerakan dibuat selembut mungkin agar orang awam tidakmenyadarinya. Namun, penari sengaja dirias dan menggunakan pakaian layaknya mempelai wanita dalam pernikahan adat Jawa. Pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang Sumber 1. Musik Pengiring Dalam setiap pementasan, musik iringan yang dipakai adalah gending ketawang gedhe dengan nada pelog. Sedangkan instrumen yang dimainkan adalah kethuk, kenong, gong, kendhang, serta kemanak. Tarian ini juga diiringi dengan tembang lagu yang menggambarkan rasa cinta dan godaan Nyi Roro Kidul kepada raja-raja Mataram. Pada bagian pertama tarian ini diiringi dengan tembang Durma, kemudian dilanjutkan dengan Ratnamulya. Pada saat penari akan masuk ke dalam Ageng Prabasurya, instrumen musik akan ditambahkan dengan gambang, rebab, gender, dan suling untuk menambahkn suasana. 2. Penari Para penari Tari Bedhaya diharuskan berlatih di Pendopo Sasana Sewaka. Ada beberapa tahapan latihan yang harus dilalui oleh para penari. Pertama, penari magang adalah 36 orang yang bukan merupakan kerabat dari Keraton. Kedua, Anggara Kasih adalah 5 penari yang terpilih dari 36 penari. Penari ini memiliki kesempatan untuk memainkan Tari Bedhaya di hari Anggara Kasih atau Selasa Kliwon. Ketiga, Abdidalem Bedhaya adalah penari yang terpilih untuk menampilkan Tari Bedhaya. Para penari juga memiliki nama khusus yang berguna sebagai peran saat menari, yaitu batak, endhel ajeg, endhel weton, apit ngarep, apit mburi, apit meneng, gulu, dhadha, dan boncit. Ragam Gerak Sumber Gerakan dalam Tari Bedhaya harus bernilai tinggi sehingga bisa menciptakan suasana tenang, teduh, serta khidmat. Gerakan Tari Bedhaya ini menggambarkan kepribadian putri-putri dari Keraton. Selain itu, erakan Tari Bedhaya juga menggambarkan gerak-gerik wanita Jawa yang penuh sopan santun. Properti Sumber Properti yang digunakan dalam Tari Bedhaya adalah Dodot Ageng. Dodot Ageng yang dipakai memiliki motif banguntalak alas-alasan. Tak lupa, penati juga menggunakan rangkaian bunga yang dipakai pada gelungan memanjang hingga ke dada. Tata Rias Sumber Rambut penari ditata dengan cara membuat gelungan khas Jawa. Pada kepala penari juga diberi hiasan berjumbai yang terbuat dari bulu burung kenari. Riasan wajah yang dipakai penari adalah riasan yang digunakan mempelai wanita pada upacara pernikahan. Pola Lantai Sumber Ada beberapa pola lantai yang digunakan dalam Tari Bedhaya. Di antaranya adalah gawang montor mabur, gawang jejer wayang, gawang urut kacang, gawang kalajengking, gawang perang, serta gawang tiga-tiga. Urutan masuk para penari sesuai dengan urutan peran yang telah dibagi. Urutannya adalah endhel ajeg, batak, endhel weton, apit ngarep, apit mburi, gulu, apit meneng, dhadha, serta terakhir boncit. Busana Sumber Pada saat pementasan, pakaian yang digunakan penari adalah Dodot Ageng atau Basahan. Biasanya pakaian ini digunakan mempelai wanita pada acara pernikahan. Panjang Dodot bisa mencaai 2,5 sampai 4 meter. Sedangkan aksesoris yang digunakan adalah centhung, garuda mungkur, sisir jeram saajar, serta rangkaian bunga yang dikenakan di gelungan yang memanjang hingga bagian dada. Pada masa lalu, Dodot hanya dipakai oleh kaum bangsawan. Namun, kemudian pakaian ini digunakan sebagai pakaian khusus Tari Bedhaya. Keunikan Sumber 1. Dipentaskan Pada Saat Kenaikan Tahta Raja Setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, terjadi pembagian harta warisan Kesultanan Mataram kepada Pakubuwono III dan Hamengkubuwono I. Selain pembagian wilayah, dalam perjanjian tersebut juga ada pembagian warisan budaya. Hasilnya, Tari Bedhaya Ketawang diberikan kepada Kasunanan Surakarta. Dalam perkembangannya, tarian tersebut digunakan sebagai pertunjukan saat penobatan upacara kenaikan tahta Kasunanan Surakarta. 2. Ekspresi Rasa Cinta Nyai Roro Kidul Berdasarkan cerita sejarah, Tari Bedhaya ini menceritakan hubungan asmara Nyai Roro Kidul dengan raja-raja Mataram. Kata-kata atau lirik lagu dalam musik pengiringnya berisi curahan hati Nyi Roro Kidul mengenai sang raja. Gerakan dalam tarian ini juga merupakan gambaran dari gerakan Nyi Roro Kidul saat merayu para raja. Namun, orang awam tidak bisa menangkap maksud gerakan tersebut karena dilakukan dengan sangat halus oleh para penari. Satu-satunya hal menonjol yang terlihat adalah riasan penari yang dibuat mirip dengan mempelai wanita yang akan dipertemukan dengan calon pasangannya. Dalam setiap penampilan, tarian ini dibawakan oleh 9 orang perempuan. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, Nyi Roro Kidul akan datang secara ghaib dalam setiap pementasan untuk menjadi penari ke-10. 3. Syarat Penari Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh penari yang akan menampilkan tarian ini. Syarat yang pertama adalah penari harus gadis perawan yang suci dan tidak sedang datang bulan. Jika sedang datang bulan, penari harus meminta izin terlebih dahulu kepada Nyi Roro Kidul dengan melakukan caos dhahar di panggung Sang Buwana Keraton Surakarta. Kesucian penari menjadi sangat penting karena Nyi Roro Kidul akan mendatangi penari yang masih salah saat latihan. Nah, itu tadi adalah penjelasan mengenai Tari Bedhaya khas Keraton Surakarta. Tarian ini merupakan tarian sakral yang dimainkan pada acara-acara tertentu sehingga penarinya pun tidak berasal dari sembarang orang. Membutuhkan banyak latihan bersama Nyi Roro Kidul untuk bisa menguasai tarian ini? Apakah kamu berminat mempelajarinya atau ingin mempelajari jenis tarian lain seperti Tari Tanggai dan Tari Ratoh Jaroe. Bisa lho dibaca dulu sejarah dan panduannya scara lengkap di blog kami. a tari zapin b. tari tor-tor c. tari saman d. tari ngeremo e. tari pakarena Jawaban: c 17. Tari bedhaya bentuk penyajiannya secara. a. tunggal b. berpasangan c. berkelompok d. duet e. sendratari Jawaban: c 18. Gerak ditempat, gerak berpindah tempat, gerak lantai, dan gerak melompat adalah ragam jenis gerak tari. a. tunggal b. berpasangan